Padi Roboh, Petani di Bulukumba Panen Lebih Awal, Harga gabah Turun 

RUBRIK.co.id,BULUKUMBA- Sejumlah petani mengeluhkan tanaman padi yang roboh saat mendekati masa panen. Kegiatan panen jadi harus dipercepat beberapa hari agar gabah tidak semakin lembab dan mudah membusuk.

Belasan petani tampak sibuk memanen padi di wilayah desa Bontonyeleng, kecamatan Gantarang, kabupaten Bulukumba Senin 29 April 2024 Namun, padi yang dipanen sudah dalam kondisi roboh dan basah akibat terendam air di sawah.

“Robohnya ketika hampir waktunya panen, kalau tidak cepat diantisipasi maka padi akan membusuk dan bahkan tumbuh,” ujar Sanuddin petani asal Bontonyeleng.

Hampir separuh dari padi yang ditanam di lahan seluas satu are meter milik Sanuddin karena diterjang angin dan hujan. dirinya yakin hal itu bukan karena padi terlalu gemuk akibat kebanyakan pupuk urea atau lainnya. Menurutnya, penyebab padi roboh memang karena faktor alam.

Akibatnya, banyak butiran padi yang rontok dari tangkainya. Padi yang masih tersisa pun menjadi basah dan lebih rawan busuk jika tidak segera dipanen. Penjemuran gabah nantinya juga akan memakan waktu yang lebih lama. Meski demikian, dia belum bisa memperkirakan berapa kerugian yang dialami.

“Kalau basah begini, berasnya nanti juga bakal jelek. Kalau tidak cepat dijemur, warna berasnya bisa jadi kecoklatan,” ujarnya.

Keluhan serupa disampaikan Ullah petani di Desa Palambarae, kecamatan Gantarang. Dia mengaku panen padi seharusnya dilakukan tiga atau empat hari lagi. Namun, angin kencang yang terjadi ternyata merobohkan sebagian tanaman padinya.

“Ini tuanya belum sempurna tapi kalau dibiarkan lebih lama, nanti bisa busuk,” ucap Ullah.

Petani juga harus lebih sabar saat menjemur gabah yang sudah terlanjur basah karena terendam air. Gito mengatakan, penjemuran gabah yang biasanya membutuhkan dua hari diperkirakan bisa menjadi empat hari atau bahkan lebih lama jika cuaca tidak cerah.

Sementara itu untuk harga gabah petani saat Rp5100 perliter tingkat tengkulak setelah sebelumnya sampai tembus Rp7000 perkilogram(**)

Komentar