Petani keluhkan harga pupuk bersubsidi di Bulukumba capai Rp170 ribu per sak

RUBRIK.co.id,BULUKUMBA- Para petani di kabupaten Bulukumba hingga kini masih mengeluhkan  harga pupuk bersubsidi di daerah tersebut yang dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Hal ini sebagaimana pantauan rubrik.co.id di kecamatan Gantarang pupuk urea bersubsidi dijual mencapai Rp 170 .000 per sak .

Haris salah seorang petani asal Gantarang mengakui pupuk urea bersubsidi di tempatnya tak stabil.

Dikatakan, harga urea mencapai Rp150 ribu sampai Rp170 per sak. Bahkan, terkadang ketika kondisi urea bersubsidi sulit ditemukan bisa di pasaran harga bisa melebihi dari itu.

Dia menambahkan, selama mereka i tak pernah membeli urea bersubsidi sesuai HET Rp 112.500 per sak. Mahalnya urea bersubsidi di pasaran berdampak terhadap perekonomian masyarakat petani.

Sementara itu salah seorang kelompok tani yang enggan disebutkan namanya mengatakan harga Rp150 sampai Rp170 ribu per sak dikarenakan petani yang membeli tidak masuk dalam daftar anggota kelompok tani.

Ditambahkan kalau biaya angkutan pupuk dari distributor ke kelompok tani juga dikenakan biaya per saknya sehingga terhitung semua dengan harga jual.

” Kalau untuk anggota kelompok tani yang terdaftar kita jual Rp135 ribu per sak,” katanya.

Untuk harga diatasnya biasanya pupuk yang kita jual itu adalah pupuk yang dibeli diluar dari jatah kelompok tani atau non subsidi.

Diberitakan sebelumnya jatah pupuk bersubsidi yang dialokasikan untuk Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan tahun ini berkurang drastis menjadi hanya 9 ribu ton. Pemkab Bulukumba sebelumnya menerima alokasi 19 ribu ton pupuk subsidi.

“Kalau tahun kemarin itu 19 ribu ton lebih, sekarang ini cuma 9 ribu ton untuk Bulukumba,” kata Kepala Dinas Pertanian Bulukumba, Thaiyeb Maningkasi kepada wartawan.

Dia mengatakan pengurangan pupuk subsidi ini mengacu pada hasil verifikasi Rencana Dasar Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang dilakukan pemerintah pusat. Hasilnya, Pemkab hanya mendapat jatah 9 ribu ton.

“Cuma namanya subsidi artinya masih intervensi pemerintah berapa yang dialokasikan ke kita, jadi kita meminta kemarin itu kalau tahun 2023 kurang lebih 19 ribu ton, tapi setelah diverifikasi di pusat itu jumlah yang ada di Bulukumba itu cuma sekitar 9 ribu ton untuk tahun 2024,” jelasnya.

Ia mengatakan pihak penyuluh telah mendata semua kebutuhan kelompok tani untuk diverifikasi oleh kementerian. Hasil pendataan itu, Pemda ternyata butuh 25 ribu ton pupuk. Kendati demikian, permintaan itu tidak diakomodir.

“Kita tetap meminta ke pihak kementerian sesuai RDKK, kalau idealnya itu untuk kebutuhan Bulukumba 25 ribu ton,” ucapnya.

Menurut dia, 9 ribu ton tersebut tidak cukup untuk menambal kebutuhan kelompok tani yang angkanya mencapai 2.323.

“Kalau untuk kelompok tani di Bulukumba itu 2.323 kelompok dengan jumlah per kelompok itu 25 orang,” katanya.

Thaiyeb menambahkan, kekurangan ini sudah disampaikan pada saat pertemuan dengan Menteri Pertanian. Namun, tambahan pupuk itu tak kunjung ada.

“Kami masih berharap alokasi tambahan itu bisa tersalur di tahun ini. Paling tidak untuk menutupi kekurangan alokasi pupuk yang memang sudah berkurang dari tahun sebelumnya,” pungkasnya.(**)

 

 

 

 

Komentar