Petani kecewa, harga gabah terus turun diduga permainan Tengkulak

RUBRIK.co.id,BULUKUMBA- Masa panen padi pertama ditahun 2024 sudah tiba. Walaupun tidak secara serempak petani memanen, namun aktivitas sebagian besar petani di lahan usaha taninya sudah mulai terlihat mereka akan segera panen bersama pada bulan April ini.

Panen masal inilah yang menjadi keresahan petani. Sebagaimana diutarakan Has petani asal Desa Bontonyeleng, kecamatan Gantarang, kabupaten Bulukumba ini.

“Bukannnya kita tidak senang jika musim panen sudah tiba. Bahkan kita sambut gembira musim panen raya. Tapi bukan persoalan tersebut yang kita kecewakan. Tapi soal harga gabah yang tidak stabil bahkan cendrung semakin menurun. Bahkan harga standar pemerintah yang sudah ditentukan, kenyataan di lapangan Justru mengalami penurunan harga. Harga sekarang satu kilogram gabah basah Rp5300-5200.Harga ini diduga dipermainkan para tengkulak.

Bukan hanya keluhan ini disuarakan dirinya, namun petani pada umumnya merasa kecewa terhadap harga jual gabah yang cendrung menurun.

Petani menurut Has merasa rugi jika melihat harga pasar yang tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. Terutama harga pupuk yang cukup tinggi ditambah Kouta dikurangi pemerintah. Belum lagi biaya pengholahan juga memakan biaya yang tak sedikit. “Jadi petani berada pada posisi yang selalu kurang menguntungkan,” jelasnya.

Karena itu mewakili petani lainya yang ada di Desanya dan petani secara keselurahan di kabupaten Bulukumba meminta kepada pihak pemerintah agar bisa mengendalikan harga jual gabah sesuai dengan harga standar.

“Kami tentu tak ingin harga jual dipermainkan, ujung-ujungnya kami sebagai petani yang merasa dirugikan,” katanya.

Sementara itu sebelumnya kepala desa Bontonyeleng Andi Mauragawali mengaku kalau harga gabah saat ini terus menurun dan sudah ada tembus sampai Rp5200 perkilogramnya.

Menurut Opu sapaan akrab Andi Mauragawali kalau dirinya telah mengimbau petani yang ada di desanya untuk selektif dalam penjual gabah mereka ke pedangan (tengkulak).

Menurutnya petani harusnya tidak serta merta langsung menjual gabah basah mereka usai panen harus melihat kondisi harga dari pedagang.

Namun himbauan tersebut nampaknya tidak terlalu berdampak bagi sebagian petani karena masih ada yang menjual gabah usai panen dengan alasan butuh uang.

” Kalau berbicara soal uang saya tidak bisa buat apa-apa apalagi sekarang petani sudah butuhkan itu mau masuk lebaran idul Fitri,” Tutup Opu.(**)

Komentar