Musim Kemarau, Patani Asal Desa Bontobangun ini Jadikan Batang Pisang Jadi Pengganti Air

RUBRIK.co.id, BULUKUMBA- Om Ciking (55) petani petani asal kecamatan Rilau Ale , kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan berhasil membuktikan diri ke publik bahwa kemarau bukan halangan untuk bercocok tanam.

Lewat pemikiran sederhananya. Petani cengkeh ini mampu memberikan inspirasi kepada petani untuk tetap berinovasi dan beradaptasi terhadap kondisi cuaca ekstrem.

Om Ciking ‘melawan’ kebiasaan. Bagaimana tidak, ketika di beberapa daerah para petani menjerit dan berpangku tangan menunggu pasokan air saat kemarau, ia tetap bertahan.

Lantas apa hebatnya Om Ciking?

Sejak satu bulan terakhir Om Ciking berinovasi mengganti kekurangan air untuk tanaman cengkehnya dengan barang pisang . Namun siapa sangka, ternyata ide itu berjalan efektif.

“Awalnya saya melihat batang pohon pisang di kebun saya mubassir sehingga saya tebang saya potong-potong dan saya simpang dibatang tanaman cengkeh saya sebagai pengganti air,” katanya.

Om Ciking menjelaskan bahwa cara membuatnya sangat sederhana. Batang pisang dipotong sepanjang satu meter, dengan pangkal diletakkan di bawah pohon cengkeh sampai menurut batang.

“Satu batang pisang kita potong menjadi empat bagian kemudian kita tutup batang cengkeh,” katanya.

Untuk kondisi Tanah di Desa Bontobangun sudah mulai kering, air untuk dipakai menyiram tanaman cengkeh yang berumur 2 tahun saat ini sulit untuk didapatkan sehingga dia memanfaatkan pelepah pisang sebagai pengganti air sementara.

Menurut Aciking dirinya menprediksi kalau musim kemarau kali ini akan menimbulkan banyak masalah dikalangan petani mulai ancaman akan matinya Tanahan sejumlah petani di kabupaten Bulukumba.

Om Ciking berharap agar kedepannya pemerintah bisa mengantisipasi dampak kekeringan dengan memberikan bantuan sumur bor di sejumlah desa yang banyak warganya petani cengkeh maupun sayur mayur. (**)

Komentar